Oleh:
Widyawati
(Penulis adalah Mahasiswi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang dan Peneliti di Lembaga
Studi Agama dan Nasionalisme)
Empat belas
Februari, merupakan hari penting
bagi sebagian orang di dunia. Terlebih lagi bagi kaum Nashrani. Pada hari tersebut, bisa dipastikan dipastikan bahwa
sebagian besar orang di dunia merayakan
hari itu dengan berbagai perayaan yang menarik. Hal ini karena, umat Nashrani
meyakini bahwa hari tersebut merupakan hari yang sakral dan bersejarah.
Sehingga, momen 14 Februari sangat ditunggu-tunggu dan dinantikan, khususnya bagi para pasangan remaja yang sedang dilanda asmara.
Hari yang dimaknai oleh umat Kristiani sebagai hari kasih
sayang ini, tak elak lagi menjadi suatu momen yang harus dirayakan. Pasalnya,
pada hari tersebut sebagian orang memperingatinya dengan tradisi tukar kado dan
coklat. Mengapa demikian? Hal ini karena, menurut masyarakat Blok Barat kado
dan coklat menjadi sebuah lambang cinta dan kasih. Sehingga, sampai sekarang
ini pelabelan tersebut masih saja terjadi. Selain itu, hari yang identik dengan
warna pink dan coklat ini, menjadi sebuah ajang perayaan yang dirasa cukup
sakral.
Akan tetapi, hari valentine menjadi ajang kontroversi bagi bangsa Indonesia, terutama bagi kaum Muslim. Sebagian besar ulama di Indonesia tidak setuju dengan perayaan hari tersebut. Karena, hari yang bertepatan pada tanggal 14 Februari tersebut dirasa menyimpang dari ajaran Islam. Yakni terkait dengan sejarah atau asal-usul yang menyebabkan hari tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam. Bahkan hal itu sempat memunculkan anggapan mengenai keterkaitan Valentine dengan Kristenisasi. Apakah Valentine merupakan suatu upaya kristenisasi? atau mungkin hanya proses untuk memperkuat kasih sayang antarsesama? Itulah yang menjadi perbincangan oleh sebagian ulama, tentang kontroversi Valentine.
Akan tetapi, hari valentine menjadi ajang kontroversi bagi bangsa Indonesia, terutama bagi kaum Muslim. Sebagian besar ulama di Indonesia tidak setuju dengan perayaan hari tersebut. Karena, hari yang bertepatan pada tanggal 14 Februari tersebut dirasa menyimpang dari ajaran Islam. Yakni terkait dengan sejarah atau asal-usul yang menyebabkan hari tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam. Bahkan hal itu sempat memunculkan anggapan mengenai keterkaitan Valentine dengan Kristenisasi. Apakah Valentine merupakan suatu upaya kristenisasi? atau mungkin hanya proses untuk memperkuat kasih sayang antarsesama? Itulah yang menjadi perbincangan oleh sebagian ulama, tentang kontroversi Valentine.
Sejarah Valentine
Jika kita telusuri, memang banyak versi sejarah mengenai
hari valentine. Salah satu diantaranya, Valentine merupakan hari bersejarah
dimana salah seorang pastur dari umat Kristiani yang bernama Valentinus,
berupaya memperjuangkan kehidupan pasangan para remaja. Karena pada saat itu,
terdapat kecaman dari salah seorang penguasa di Romawi Kuno yang menghimbau
kepada para remaja untuk tidak melakukan hubungan terhadap lawan jenis. Hal
tersebut memunculkan aksi dari Valentinus untuk membela kaum remaja. Valentinus
merasa bahwa kaum remaja dianggap tertindas dengan adanya himbauan tersebut.
Sampai pada waktunya, Valentinus dihukum mati karena tindakan tersebut. Sehingga
St Valentinus dijuluki sebagai pejuang atau pembela cinta. Dan bertepatan pada
tanggal 14 Februari yakni meninggalnya St Valentinus, dijuluki sebagai hari
kasih sayang. Jadi dapat dikatakan bahwa hari tersebut sebenarnya merupakan
perayaan oleh kaum Nashrani.
Namun kenyataannya, hari kasih sayang yang jatuh pada
tanggal 14 Februari tersebut dirayakan oleh berbagai kalangan umat. Tidak hanya
umat Kristiani, akan tetapi hampir seluruh umat di dunia merayakan hari
kebesaran sejarawan Valentinus. Contoh yang signifikan adalah umat Muslim di
Indonesia. Tak sedikit kaum remaja Muslim Indonesia yang turut andil dalam
perayaan momen tersebut. Dengan kata lain, mereka turut berpartisipasi terhadap
hari besar umat agama lain. Hal ini lantas memunculkan berbagai pertanyaan
mendasar. “Bagaimana hukum merayakan valentine bagi umat Muslim? Apakah
diperbolehkan?
Sebagian ulama di
Indonesia mengatakan bahwa hukum merayakan Valentine bagi umat Islam adalah
haram. Hal ini karena terkait dampak dari perayaan tersebut. Sebagian remaja
muslim, hanya mengikuti atau sebagai follower yang tidak mengerti dampak
perayaan valentine. Kebanyakan mereka menganggap bahwa momen itu adalah sebuah
kebudayaan tersendiri yang menjadi rutinitas. Padahal, sebagian ulama
mengatakan bahwa perayaan valentine bagi umat Islam merupakan salah satu upaya
kristenisasi. Hal ini, diungkapkan dengan berbagai alasan yang terjadi pada
kaum remaja muslim sekarang ini. Dengan sadarnya mereka merayakan hari tersebut
tanpa memahami makna asli. Sehingga secara tidak langsung, valentine dianggap
sebagai upaya kristenisasi.
Sebagai muslim yang baik, seharusnya bagaimanapun dampak
dari valentine tidak menjadi pengaruh bagi kita. Karena seperti yang kita tahu,
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman dalam beragama. Terdiri dari
berbagai keyakinan yang memiliki syariat masing-masing. Jadi, setiap keyakinan
harus dapat memposisikan diri sebagaimana ajaran yang dianut. Sehingga,
anggapan bahwa valentine merupakan ajang kristenisasi tidak memunculkan
anggapan rendah terhadap kaum Nashrani dan toleransi antar umat beragama saling
terjaga satu sama lain. Wallahu a’lam. Bi As-Shawab.
0 Comments