Subscribe Us

header ads

Visualitas Parpol dalam Sirkulasi Kepemimpinan

Oleh: Ali Damsuki*

Konflik Kepemimpinan dalam Pemerintah yang terjadi di indonesia tak lepas dari yang namanya Kudeta Kekuasaan oleh Partai Politik. Di mana adanya perebuatan kekuasaan yang di lakukan Parpol-parpol yang ada di dalamnya. kekuasaanlah tombak utama yang memicu terjadinya konflik. Sekarang Indonesia sedang mengalami kegundahan kekuasaan. Permasalahan yang dimana otoritas kepemimpinan di pertaruhkan hanya demi mendapatkan kekuasaan semata. Namun, ini menjadi suatu permasalahn yang pelik. Di karenakan setiap pemimpin yang telah terpilih terkadang tidak menjadi pemimpin yang visioner. Lebih mengutamakan popularitasnya dari pada tanggung jawabnya. Serta salah dalam menerapkan otoritas yang di milikinya. Ini merupakan bumerang yang merujuk pada sebuah sasaran baru dalam menciptakan suatu konflik.

Dalam proses pemilihan umum yang dilakukan oleh pihak KPU bersifat Demokrasi. Sesuai dengan sistem pemerintahan indonesia yang berbasis Demokrasi. Seperti halnya yang di katakan oleh Abraham Lincoln “ Pemerintah Dari Rakyat, oleh Rakyat Untuk Rakyat”. Itu merupakan asumsi bahwa suatu kekuasaan pemerintah sacara pasti berada di tangan rakyat. Dimana rakyat memilki andil terhadap hidupnya suatu sitem pemerintahan tersebut. Tetapi, Mengapa terjadi ketidaksesuaian antara masyarakat dengan pemerintah setelah terbentukanya seorang pemimpin yang bisa dikatan sebagai pemimpin yang merupakan pilihannya sendiri ?

Kita bisa melihat hampir empat Tahun masa jabatan seorang pemimpin di Indonesia akan berakhir. Nah, ini merupakan celah bagi Partai Politik untuk mendapatkan kekuasaan tersebut. Memalui pemilu yang akan di selenggarakan pada tahun 2014 mendatang. Sekiranya otoritas apa yang dimilki seorang pemimpin dari setiap perwakilan anggota Parpol yang di usungnya itu pun di pertaruhkan. Apakah hanya sebuah retorika belaka atau pengabdian yang di berikan kepada masyarakatnya secara nyata, Itupun masih abtraktif.

Menjelang Pemilu Tahun 2014 , dimana itu merupakan ajang pertaruhan elektibitas para kader dari setiap Partai Politik. Dimana setiap Partai Poltik melancarkan srtateginya untuk mengambil perhatian dari masyarakat. Mulai dari perdebatan wacana sampai aksi anarkis pun di lakukan. Inovatisme dari setiap partai politik pun di lancarkan dengan memberikan wajah – wajah baru sebagai calon yang akan di usungnya. Seperti halnya Partai PDI yang telah memboikot Jokowi ( Gubernur DKI ). Sebagaimana yang telah di ketahui bahwa Jokowi merupakan sosok seoarang Pemimpin yang sedang banyak di gemborkan sebagai pemimpin yang Idealis. Dengan menebarkan senyuman didepan media dalam setiap konferesi dan pertemuan lainnya.

Apakah itu merupakan sebuah visualisasi yang realistis ataukah hanya sebuah pencitraan belaka. Itu meninggalkan tanda tanya besar bagi kita yang hanya sebagai pengamat dan pengkritisi semata. Sungguh ironis sekali, suatu negara yang memilki potensi yang banyak tetapi memilki pemimpin yang hanya mengedepankan sebuah popularitas kekuasaan semata.

Banyak pencitraan yang di lakukan oleh Parpol tertentu. Seperti adanya perseteruan yang di lakukan oleh PPI VS PD. Adanya penyerangan dari kedua belah pihak yang saling menjatuhkan. Karena keduanya memilki Kartu Truf, sebagai upaya menjatuhakan satu sama lain. Di lain sisi adanya inovatif-inovatif yang ada, dengan akulturasi pemimpin yang lebih mengedepankan intelektualitas tinggi. Itu akan membertikan genjatan senjata baru dalam perebutan kekuasaan pemerintah di Negara Indonesia.

Maka PD mengadakan Rakornas. Dengan adanya Rakornas yang akan di selenggarakan oleh PD ( 26/10/203 ). PD Mencoba memberikan kontruksi terbarunya tentang soliditas terhadap kader-kadernya. Itu pun di lakukan untuk menghindari adanya serangan dari kubu Annas Urbaningrim ( Ketua Umum Partai Demokrat ). Dengan mengusung Sinyo Hary Sarindajang ( Mutiara Dari Timur ) yang merupakan gubernur Sulawesi Utara sebagai kadernya. Beliau merupakan sesosok orang yang memilki integritas tinggi karena dapat memimpin daerahnya tutur Syariefuddin selaku Ketua Harian Partai Demokrat.

Konsepstualisasi Kepemimpinan Parpol

Sinyo Hary Sarindajang yang sebagai kader dari Partai Demokrat mencoba memberikan konsepsi kepemimpinannya dengan “ Blue Economy “. Dimana konsep ini merupakan upaya memajukan ekonomi yang berbasiskan dari sumber kekayaan laut. Sinyo Hary Sarindajang menginterpretasikan “ Bahwa indonesia ini kaya kan sumber daya alam hayati perikanan dan wilayah pesisir. Maka perlu adanya Grand Design yang berorientasi pada Blue Economy”.

Sebenarnya konsep tersebut merupakan konsep yang memilki progresivitas tinggi. Bahwasanya Indonesia yang dikatakan sebagai negara Maritim. Tentunya konsepsi tersebut sangat potensial apabila di manifestasikan ke dalam negara indonesia. Kemajemukan indonesia adalah given yang taken for granted  yang memang sudah harus apa adanya. Beda halnya dengan Ketua DPP partai Hanura Yuddy Chrisnandy yang mencoba mengaplikasikan kontruksi dengan konsepsi pemimpin yang ideal. Bahwasanya pemimpin yang ideal, tidak lain ialah pemimpin berusia sekitar 50 tahun sehingga masih memiliki fisik yang semangat kuat dan kredibitas tinggi.
 
Tetapi permasalahannya apakah pemimpin yang seperti itu yang di butuhkan masyarakat ? Sebenarnya, tidak perlu adanya seorang pemimpin yang berdedikasi dan memilki kredibitas tinggi. Tetapi seorang pemimpin yang beranilah yang sangat di butuhkan oleh masyaraka. Berani mengambil keputusan, berani memberikan punishment yang bersifat dinamis dan kuat. Dengan hal – hal yang teknis tersebut maka tidak akan terjadi masalah yang tidak jelas Problem Solving-nya. Seperti halnya, korupsi yang seakan sudah menjadi Trending Topic setiap harinya. Yang membuat masyarakat seakan mau muntah apabila di analogikan sebagai makanan sehari-hari.

Munculnya Hegemoni politik yang ada di negara indonesia ini sangat sulit di tembus. Maka dari pada itu Partai Politik mencoba menciptakan inovatisasi. Diman indikasinya di tjuukan pada generasi muda yang memilki jiwa kepemimpinan Ariestrokatif. Perlunya rekontruksi terhadap pemilu yang dilakukan mendatang. Agar revitalisasi kepemimpinan dapat kembali terwujud. Adanya reinkarnasi Kepemimpinan oleh Ir.Soekarno ( Proklamator Indonesia ) pada masa penjajahan belanda. Dimana pemimpin yang seperti beliau yang di butuhkan pada saat itu.

Memberikan regulasi dimanis dalam mempublikasikan Parpol terhadap masyarakat. Sehingga dalam persaingan tersebut akal sehatlah yang memiliki signifikansi peran. Tidak memaparkan perasaan emosi semata. Yang implementasikan berujung kepada tindak pidana krusialitas. Tetapi mentalitas yang kuat yang harus di apilikasikan dalam diri seorang pemimpin . agar fanatisme terhadap golongan lain tidak menimbulkan kesenjangan antar golongan. Dimana Mengkomersilkan wacana-wacana yang subtansinya kurang memilki nilai dalam masyarakat. Hanya sebagai genjatan menjatuhkan lawan. Karena pada pasalnya semua golongan memilki Misi-Visi yang sama. Tak lain Menyatukan Negara Indonesia menuju Negara yang sejahtera tanpa adanya suatu perseteruan antar golongan.

Maka dari itu untuk menciptakan seorang pemimpin yang idealis bukan materialistis. Dimana Hanya otoritas tak layak di berlakukan dalam sebuah negara. Maka dari itu di Perlunya sebuah Rausyan Fikr (Pencerahan) oleh Politikus-politikus gila terhadap kekuasaan yang ada di Indonesia. Manakala Mengubah meanstream dari kekuasaan yang memonopoli dan otoriter menjadi kekuasaan hanya di tujukan kepada Kehanifan (Kebenaran semata) yang di ridho’i Allah swt. Serta menerapkan konsepsi yang memberikan kontribusi lebih dalam Action-nya (Talk Less Do More). Dengan begitu suatu Mission (Beban dan Tanggung  Jawab) dari masyarakat dapat tersalurnya dengan semestinya. Semoga saja Pemilu yang akan datang tidak mengalami kesesatan dalam pencalonan oleh setiap kader Partai Politik . Serta masyarakat lebih peka terhadap pemimpin yang di pilihnya. Agar  tercipta seorang sesuai dengan apa yang di inginkan masyarakat. Suatu negara yang pemimpin dalam kepemimpinannya hanya memberikan visualisasi semata. Sekiranya apa yang akan terjadi dengan negara tersebut? Wallahu a’lam bis showab.
____________________________
*Aktivis HMI Komisariat Dakwah Walisongo Semarang

Post a Comment

0 Comments