Subscribe Us

header ads

Aku Malu Dipanggil Kader HMI (Bagian I)


Oleh: Laskar Hidzib


Aku malu saat kau memanggilku dengan sebutan Kader HMI, karena bisa jadi amal baikmu lebih banyak daripada amalku.
Aku malu saat kau memanggilku dengan sebutan itu, karena bisa jadi keikhlasanmu lebih mendalam daripada diriku.
Aku malu sangat malu saat kau memanggilku dengan sebutan Kader yang hebat, karena bisa jadi kedudukan engkau lebih mulia di hadapan Allah. Siapa yang tahu tentang hati ini? Bukankah yang mengetahui hanyalah diri sendiri dan Allah semata?
Aku sungguh sangat malu, Kawan. Engkau memanggilku dengan sebutan Kader HMI ketika bacaan Quran ku masih terbata-bata dan belum baik. Apalagi dengan hafalan Quran ku? Tahsin saja aku masih menunda-nunda. Apalagi untuk tingkat Tahfizh?
Aku merasa tidak pantas, Kawan. Ketika engkau menyebutku dengan sebutan Kader yang sering pulang larut malam karena banyak agenda Organisasi. Hingga tak jarang aku membiarkan Mushaf itu hanya bergeletakan di atas lemari usang di kontrakanku. Atau bahkan hanya Aku simpan di dalam tas ku tanpa sesekali Aku membacanya.
Aku tak kuasa menahan air mata ini, Kawan. Engkau memanggilku dengan sebutan Kader HMI ketika lalai ku membuat kalian merasa terzolimi. Lalai ketika tidak bisa menjalankan amanah yang dibebankan kepadaku. Bahkan Aku lalai dengan keluarga dan masyarakat di sekitarku. Aku acapkali berjuang sekuat tenaga untuk memenangkan RAK, Muskom, Konfercab, dan Kongres. Tapi Aku tidak tahu dan bahkan acuh tentang bagaimana bentuk pengabdianku kepada masyarakat. Jangankan mengabdi, ikut kerja bakti saja terkadang Aku masih malas.

Semarang, 20 November 2017

Post a Comment

0 Comments