Perempuan;
Ibu Kehidupan
Perempuan merupakan
mahluk lemah lembut dan penuh kasih sayang karena perasaanya yang halus. Umunya
perempuan memiliki sifat yang indah, rendah hati serta memelihara. Demikianlah
gambaran perempuan yang sering terdengar di telinga kita. Dalam peranannya
perempuan memiliki posisi yang sangat penting, yakni sebagai ibu
kehidupan. Dari Rahim perempuanlah, kehidupan dilahirkan,kehidupan
diperjuangkan, dan kehidupan mendapatkan hakekat dan martabat serta akan
lahir kasih sayang serta kedamaiaan.
Di Indonesia kita
mengenal hari Ibu yang kita peringati setiap tanggal 22 Desember. Penetapan
tersebut diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938
melalui Dekrit Presiden no 316 tahun 1959 pada masa Presiden Soekarno. Untuk
memperbaiki kualitas bangsa dalam penetapan hari ibu tersebt soekarno membawa
misi yaitu untuk mengenang semangat dan perjuangan perempuan sehingga bisa
bersatu dan bekerja sama dalam upaya peningkatan kualiatas bangsa.
Islam begitu
memuliakan dan mengangkat derajat kedudukan perempuan sebagai Ibu. Perintah
Allah untuk berbakti kepada ibu datang langsung setelah perintahnya untuk
bertauhid dan menyembah-Nya. Islam mejadikan berbakti kepada ibu sebagai
salah satu pangkal pokok kebaikan dan menjadikan hak ibu lebih besar ketimbang
bapak. Hak ibu lebih besar daripada bapak karena ibu menanggung beban berat
saat mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik anak. Hal ini ditegaskan
al-Qur`an dan agar para anak memerhatikan dan mencamkannya di jiwa dan hati
mereka. Dalam Firman-Nya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu,” (QS Luqmân/31: 14).
Abu Hurairah RA dalam
riwayatnya, menyebutkan suatu ketika ada laki-laki yang datang kepada
rasulullah SAW, dan bertanya , “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling
baik yang berhak untuk aku hormati ?” Rasulullah menjawab “ibumu” .
Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?”, Rrasulullah menjawab “ibumu”,
Lalu ia bertanya “Siapa lagi ya Rasulallah?” Rasul menjawab “Ibumu” . sekali
lagi laki-laki itu bertanya “kemudian siapa?” Rasul menjawab “Bapakmu” (HR.
Bukhari no 5971)
Masih ingat dengan kisah
Usamah bin Zaid putra Zaid bin Haritsah? Zaid bin Haritsah adalah sesorang yang
membantu Nabi SAW. Di kisahkan dari Muhammad bin sirin, harga pokok kurma
pada masa pemerintahan Utsman Bin Affan begitu tinggi. Di tengah-tengah inflasi
Usamah tiba-tiba menebang satu pohon kurmayang mahal itu. Kemudian dia
mengambil dan mencabut bagian pangkal kurma untuk diberikan kepada ibunya.
Orang-orang heran
melihat tingkah Usamah yang berani menebang pokok kurma mahal itu. Mereka
bertanya “Usamah apa yang kamu lakukan?” usamah menjawab “ibuku menghendakinya
. ketika aku masih mampun mendapatkan apa yang ibuku inginkan, maka aku akan
memberikannya untuknya”. Itu adalah salah satu bentuk khidmat Usamah dalam
memuliakan sang Ibu. Dia paham benar betapa mahal bakti kepada ibu. Karena itu,
keinginan ibunya jauh melebihi apapun.
Pendidikan primer
bagi umat manusia ada dalam diri seorang perempuan yang menjadi ibu. Baik atau
buruknya suatu umat manusia ditentukan dari pendidikan seorang ibu yang
diberikan kepada anaknya. Perempuan sebagai mahluk yang sebenarnya
diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki juga hendaknya mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
Oleh karena itu
mendapatkan pendidikan yang tinggi adalah sebuah impian banyak orang tak
terkecuali seorang perempuan,. Pendidikan adalah salah satu faktor
penting dalam menentukan kemajuan bangsa., karena dengan pendidikan dapat membuat
masyarakat berfikir lebih maju. Namun, dikalangan masyarakat masih muncul
persepsi bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena
ujung-ujungnya hanya akan menjadi ibu rumah tangga.
Hal tersebut
merupakan salah satu faktor penghambat perempuan untuk bisa maju. Padahal untuk
membangun dan menciptakan bibit-bibit unggul , sangat di perlukan induk yang
unggul juga. Karena ada pepatah yang mengatakan bahwa buah jatuh tak jauh dari
pohonnya. Maka dari itu harusnya sudah menjadi kewajiban seorang ibu untuk
memiliki ilmu setinggi-tingginya.
Perempuan
berpendidikan tinggi bukan soal ego atau bahkan untuk menyaingi
laki-laki. Jika sang ibu memiliki bekal ilmu sejak dini tentu buah hati dan
keluarganya akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Yang di
suarakan oleh kaum barat pendidikan tinggi adalah untuk memajukan perempuan
sepintas tampak sejalan dengan agama islam.
Sebaliknya apa yang
di jual oleh kaum liberalis itu agar tidak membedakan peran perempuan dan
laki-laki mereka ingin perempuan dapat bersaing dengan laki-laki dengan konsep
kesetaraan gender. Inilah yang perlu kita luruskan bahwa yang sebetulnya adalah
Islam mengajarkan kepada kita bahwa perempuan dituntut untuk berpendidikan
tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki, melainkan untuk saling bekerjasama dan
menguatkan satu sama lain.
Semua perempuan akan
menjadi istri bagi suaminya dan ibu bagi anaknya. Ibu merupakan madrasah
pertama bagi anak-anaknya serta menjadi tonggak peradaban suatu bangsa.
Perjuangan seorang ibu tidak berhenti pada saat ia melahirkan anaknya,akan
tetapi perjuangan tersebut untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar
menjadi manusia yang bermartabat dan beretika.
Oleh: Laili Nuzuli
Annur, Ketua
Umum HMI Komisariat Dakwah Walisongo, Mahasiswa UIN Walisongo Prodi Komunikasi
dan Penyiaran Islam
Sumber: Militan.co
0 Comments