Oleh:
Laskar Hidzib
Sungguh.
Ini bukanlah apa yang organisasiku ajarkan, ketika amal yaumiyahku terlalu
berserakan di jalan. Hancur berkeping-keping. Ini bukan harapan dari Mars HMI
yang sering Aku nyanyikan dalam setiap kegiatan. Bahkan harus Aku akui, bahwa
yang Aku lakukan ini melenceng dari lagu kebanggaanku setelah Indonesia Raya.
Sungguh.
Ini bukan bentuk Hanief sebagaimana yang organusasiku ajarkan. Ketika bacaan
Quranku tak sampai enam juz perharinya dan Aku menggantinya dengan hanya
berkumpul-kumpul saja tanpa arti. Atau kegiatan lainnya yang sia-sia. Ketika
Aku tak mau memperbaiki bacaan Quranku dan menambah hafalan al-Quran dengan
alasan berjuta-juta kesibukanku. Padahal Organisasiku telah dengan gamblangnya
menjadikan sebai sebuah Asas. Bahkan pengukuhan al-Quran dan Hadits sebagai
pedoman untuk mendapatkan sebuah jalan keselamatan.
Baca juga: Aku Malu Dipanggil Kader HMI (Bagian II)
Sungguh.
Ini bukan jalan Insan Pengabdi yang bernafaskan Islam, ketika amanah di dalam
tempat tinggalku terus saja Aku lalaikan dengan alasan sering pulang larut
malam karena rapat di sana-sini. Apa artinya bersinar di luar namun redup di
dalam?
Sungguh.
Ini bukan yang diharapkan oleh Ayahandaku Lafran Pane,
Ketika
hijab hatiku sudah sangat terkoyak, bahkan tak jarang Aku sering mengotori
hatiku melalui cara berkomunikasi yang tak wajar dengan kawan lawan jenisku.
Atau bisa jadi membuat-buat alasan untuk koordinasi kegiatan Organisasi.
Ketika
lingkungan sekitar tak Aku pedulikan, bahkan senyumanku terhadap sesama Aku
lupakan.
Yaa
Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi Ala Diinik
Wahai Zat
Yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu
Sebuah
pengingat yang begitu menghujam.
Dan Kawan,
bantu Aku menjadi sepertimu. Seorang kebanggaan keluarga, nusa, bangsa, dan
Agama.
Diadaptasi
dari sebuah pesan di grup Whatsapp
0 Comments