Subscribe Us

header ads

Aku Malu Dipanggil Kader HMI (Bagian III)

Oleh: Laskar Hidzib 
Sungguh. Ini bukanlah apa yang organisasiku ajarkan, ketika amal yaumiyahku terlalu berserakan di jalan. Hancur berkeping-keping. Ini bukan harapan dari Mars HMI yang sering Aku nyanyikan dalam setiap kegiatan. Bahkan harus Aku akui, bahwa yang Aku lakukan ini melenceng dari lagu kebanggaanku setelah Indonesia Raya.
Sungguh. Ini bukan bentuk Hanief sebagaimana yang organusasiku ajarkan. Ketika bacaan Quranku tak sampai enam juz perharinya dan Aku menggantinya dengan hanya berkumpul-kumpul saja tanpa arti. Atau kegiatan lainnya yang sia-sia. Ketika Aku tak mau memperbaiki bacaan Quranku dan menambah hafalan al-Quran dengan alasan berjuta-juta kesibukanku. Padahal Organisasiku telah dengan gamblangnya menjadikan sebai sebuah Asas. Bahkan pengukuhan al-Quran dan Hadits sebagai pedoman untuk mendapatkan sebuah jalan keselamatan.
Sungguh. Ini bukan jalan Insan Pengabdi yang bernafaskan Islam, ketika amanah di dalam tempat tinggalku terus saja Aku lalaikan dengan alasan sering pulang larut malam karena rapat di sana-sini. Apa artinya bersinar di luar namun redup di dalam?

Sungguh. Ini bukan yang diharapkan oleh Ayahandaku Lafran Pane,

Ketika hijab hatiku sudah sangat terkoyak, bahkan tak jarang Aku sering mengotori hatiku melalui cara berkomunikasi yang tak wajar dengan kawan lawan jenisku. Atau bisa jadi membuat-buat alasan untuk koordinasi kegiatan Organisasi.
Ketika lingkungan sekitar tak Aku pedulikan, bahkan senyumanku terhadap sesama Aku lupakan.
Yaa Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi Ala Diinik
Wahai Zat Yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu
Sebuah pengingat yang begitu menghujam.
Dan Kawan, bantu Aku menjadi sepertimu. Seorang kebanggaan keluarga, nusa, bangsa, dan Agama.
Diadaptasi dari sebuah pesan di grup Whatsapp


Post a Comment

0 Comments