Subscribe Us

header ads

Gagap Gugup Tanggap Corona

Akhir-akhir ini, virus corona (Covid-19) menjadi pembahasan trending di dunia. Virus yang berasal dari Kota Wuhan, China tersebut masuk di Indonesia sejak 2 Maret 2020. Virus tersebut sangat berbahaya karena penyebarannya terbilang cepat. Apalagi belum ditemukan vaksin yang dapat menangani virus ini. Hampir setiap hari, jumlah kasus yang terinveksi virus corona di Indonesia terus bertambah. Hingga senin, 20 April 2020, pemerintah mengumumkan jumlah pasien yang positif terinfeksi di seluruh Indonesia mencapai 6.760 orang. Sementara itu, jumlah korban yang meninggal dunia sebanyak 590 dan 747 dinyatakan sembuh, (CNN Indonesia.com).

 Banyaknya korban yang meninggal menjadikan corona sebagai virus  yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Bahkan World Health Organization (WHO) menetapkan corona sebagai pandemi global. Berkaitan dengan hal itu maka dibutuhkan tindakan preventif untuk mencegah penyebaran virus corona. Pemerintah telah menghimbau masyarakat untuk menerapkan Phsycal distancing atau pembatasan fisik

Phsyical distancing ialah salah satu upaya untuk menghindari atau memperlambat penyebaran Virus corona dengan menjaga jarak dan berkontrak langsung dengan orang lain. Saat menjalani physical distancing, masyarkat diminta untuk tidak melakukan bepergian ketempat yang cenderung ramai, seperti pasar. Sebisa mungkin juga meghindari computer line, busway, atau tranportasi umum yang lainya. Masyarakat perlu membatasi kontak langsung dengan lawan bicaranya, seperti menjabat tangan, dengan menjaga jarak minimal satu meter ketika berinteraksi dengan orang lain, terlebih orang mengalami indikasi gejala virus corona.

Organisasi kesehatan dunia WHO secara resmi mengganti nama “social distancing” menjadi ”physical distancing” sejak jumat lalu. Hal bukan tanpa alasan, pengubahan ini,  untuk memberi penekanan pada masyarakat untuk berdiam diri dirumah demi menghindari kerumumunan. Namun, bukan berarti tidak menjalin komunikasi dengan teman atau keluarga secara  sosial. Karena saat ini manusia dapat menggunakan teknologi handphone melalui media sosial untuk menjalin komunikasi. Dengan penggubahan nama menjadi physical distancing, diharapkan masyarkat bisa menjaga jarak fisik untuk memutus tali penyabaran virus.
  
          kegagapan Pemerintah mengantisipasi datangnya virus corona yang terkesan cenderung lamban.. Pemerintah baru mengambil tindakan setelah mengetahui dua pasien positif terpapar virus. Yang pada akhirnya pemerintah membuat kebijakan social distancing atau pembatasan sosial. Adapun dalam kebijakanya yang diberlakukan pemerintah sejauh ini belum berjalan dengan baik. Meskipun pemerintah sudah melakukan imbauan untuk menerapkan Physical distancing, tetapi pada realitanya masih banyak masyarakat yang belum menaatati kebijakan tersebut. Banyak masyarakat yang masih berkerumun dijalanan. Apalagi ada banyak pekerja harian yang tidak memiliki penghasilan rutin harus menjadi perhatian khusus dari pemerintah.

Hal itu terjadi disebabkan karena pemerintah tidak memberikan kesediaan bahan pokok bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga akhirnya masyarakat tetap nekat tidak mematuhi imbauan tersebut demi mendapatkan uang. Jika pemerintah sudah menjamin kebutuhan masyarakat, niscaya masyarakat akan mematuhinya.

Selama Pandemi virus Covid-19 berlangsung sampai saat ini, segala upaya pemerintah melakukan tindakan preventif untuk menghambat penyabaran, social distancing sudah diterapkan di Indonesia, namun anehnya kebijakan yang dibuat pemerintah justru dilanggar masyarakatnya sendiri, alasan pemerintah kurang tegas dalam membuat kebijakan, tidak adanya payung untuk melindungi menyebabkan merajalela masyrakat untuk melanggar kebijakan pemerintah.

Mungkinkah, Lockdown?

Virus corona menjadi permasalah yang dihadapi oleh seluruh negara di belahan dunia. Sejumlah negara memiliki cara tersendiri dalam menangani virus corona. Salah satu cara yang dipilih yaitu lockdown. Negara yang menjadi asal penyebaran virus corona, China adalah salah satu negara yang menerampak sistem lockdown. Kota Wuhan menjadi kota pertama yang di-lockdown, yakni sejak 23 Januari. Segala alat transportasi ditutup. 58 Juta penduduk di Wuhan dikarantina besar besaran Menurut literatur data Johns Hopkins University menunjukan, hingga selasa (31/3) pagi, sebanyak 76.192 orang dari 82.240 pasien positif Covid-19 di China dinyatakan sembuh. Sementara itu, jumlah korban yang meninggal 3.309 jiwa.

Setelah dilakukan lockdown, angka penularan di china semakin menurun, dalam waktu lima hari tidak ditemukan kasus baru di Hubei, hal ini merupakan pertama kalinya angka ini menjadi nol di china sejak epidemic dimulai pada bulan Desember

Negara ke dua yang berhasil menerapkan lockdown yaitu, Italia. Lonjakan kasus di Italia membuat pemerintah memberlakukan lockdown.. Berdasarkan data terbaru Online Worldomoters,jumlah korban  meninggal karena Covid-19 di Italia sebanyak 12.428, sedangkan pasien sembuh mencapai 15.729. Pemerintah memberlakukan lockdown dengan menutup sekolah, musemum, gedung olahraga, restoran, dan pertokoan, masyarakat hanya bisa membeli bahan pokok dibatas, dan tak dizinkan berkumpul di tempat umum.

Melihat Agresifnya korban yang kian bertambah banyak, Pemerintah berencana untuk Lockdown, tentu pertimbangan ini mengundang banyak kritikan dari masyarkat, sanggupkah pemerintah untuk melockdown secara menyuluruh, ada yang berpendapat keputusan pemerintah melockdown akan berakibat masyarakat cemas dan risau karena nanti kebutuhan pangan tidak terpenuhi. Namun realitanya, langkah melockdown hal yang paling masuk akal, penyebaran virus harus dibatasi, salah satu cara dengan membatasi meng isolasikan, dengan demikian pemerintah bisa terfokus untuk menangani korban.

Belajar peristiwa dari China dan Italia, awalnya kedua negara itu termasuk negara dengan kasus positif corona terbanyak.sempat mengalami kegagapan untuk menangani pasien meski demikian, pemerintah menanggapi dengan cepat, pemerintah mengambil keputusan menrapkan lockdown untuk mematikan penyebaran virus. Hasinya cukup efektif  dalam rentan berapa bulan korban mengalami pemerosotan  dari pada sebelum lockdown.

Seiring bertambah jumlah pasien positif terpapar virus, pemerintah secaranya nyata merspon hal tersebut. Beragam cara pemerintah guna menahan laju penyebaran virus, salah satu upaya pemerintah yaitu mengambil opsi lockdown dalam memutus rantai penyabaran virus corona. kebijakan ini penuh adanya pertentangan dari kalangangan masyarakat, musibah besar akan menimpa jika pemerintah benar akan menerapkan, musibah yang akan dihadapi mulai kekurangan bahan pokok sampai puncaknya yaitu  lonjakan nilai Rupiah. Dibalik baik tujuan pemerintah harus diimbangi dengan kepedulian pada masyarkat, bahan pokok, menambah fasilitas kesehatan, sehingga masyarakat tidak akan gugup dalam menghadapi virus Corona. Wallahu’alam bi as-Shawab

Fahmi Akbaril Khuluq, Mahasantri Ponpes Bina Insani Semarang



Post a Comment

0 Comments